
CENTRO RIAU Opini-Wartawan perlu memudahkan pembaca memahami topik dan bahasa sains yang rumit, tujuannya: Mempopulerkan sains agar timbul demam wacana sains dan teknologi.
Tulisan sains atau akademis pada umumnya menjadi wilayah eksklusif bagi ilmuwan karena bahasa teknis yang digunakan. Kalangan awam yang tak terbiasa dengan berbagai macam istilah teknis itu sering kebingungan dan menjadi enggan membacanya.
Sebagai media massa, Centro mengambil peran sebagai jembatan bagi kebuntuan komunikasi itu. Wartawan perlu mengembangkan kemampuan khusus dalam memberitakan berbagai kemajuan atau peristiwa di dunia sains dan kesehatan dengan bahasa yang mudah dimengerti publik.
Salah satu tujuan mempopulerkan sains kepada publik adalah untuk menimbulkan dendam wacana sains dan teknologi. Dari kegandrungan masyarakat akan sains dan teknologi, diharapkan lebih banyak orang mau berkecimpung dalam bidang itu sehingga dapat memajukannya. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa tulisan-tulisan populer bidang sains menjadi salah satu faktor yang mendorong terjadinya lompatan peradaban.
Dalam Sejarahnya, upaya memajukan bidang sains lewat pemberitaan di media massa pernah dilakukan di Amerika Serikat di masa Perang Dingin pada 1950-an. Upaya ini dipantik keberhasilan peluncuran satelit Sputnik oleh Uni Soviet pada 4 Oktober 1957. Saat itu pertama kalinya sebuah satelit buatan manusia bisa diluncurkan ke luar angkasa dan mengorbit bumi.
Merasa tertinggal dari pesaing utamanya di Blok Timur itu, Amerika Serikat mencoba banyak cara untuk bisa memenangi persaingan luar angkasa. Pemerintah Amerika menggenjot bidang riset dan penemuan agar melampaui teknologi milik Uni Soviet. Lebih dari itu, apa yang disebut sebagai “Sputnik Effect” tersebut disebarkan juga ke masyarakat agar bisa dijaring gagasan-gagasan baru yang dapat memajukan dunia sains di sana.
Salah satunya menggunakan media massa atau dengan mengundang jurnalis meliput perkembangan sains dan menciptakan demam wacana sains pada publik. Hasilnya terlihat jelas ketika Amerika berhasil mengirimkan astronotnya untuk mendarat di bulan. Hal pertama di dunia yang dilakukan umat manusia kala itu.
Tentu, meliput dunia sains, perkembangan teknologi juga bidang kesehatan berbeda dengan meliput isu politik atau ekonomi walaupun sama-sama terkandung istilah-istilah teknis. Liputan ekonomi atau politik bisa dibilang berhubungan langsung dengan hajat hidup orang banyak, karenanya publik lebih mempunyai alasan untuk bisa memahaminya. Liputan sains dan kesehatan lebih dianggap sebagai bagian dari keahlian orang-orang tertentu, seperti ilmuwan atau dokter, sehingga biasa muncul anggapan tak wajib memahami lebih jauh bidang tersebut. Karena itu, pendekatan yang dilakukan dalam liputan sains dan kesehatan pun berbeda dengan liputan-liputan lainnya.
Untuk dapat memenuhi tugas mengabarkan serta mempopulerkan bidang sains kepada masyarakat, wartawan Centro perlu menjalankan langkah-langkah dasarnya. Pertama, menguasai materi liputan. Bukan hal yang mudah bagi seseorang jurnalis yang terbiasa mempunyai pengetahuan tentang banyak hal untuk terjun ke dalam “Kolam” pengetahuan dunia sains atau kesehatan. Apalagi jika wartawan tak berlatar belakang pendidikan yang sesuai dengan dunia sains dan kesehatan. Karena itu, perbanyak referensi tentang tulisan-tulisan ilmiah populer untuk membiasakan diri adalah sebuah kewajiban.
Proses pemahaman itu juga membantu wartawan dalam memilih sumber berita yang memadai dan terpercaya. Sumber rujukan dalam peliputan haruslah memadai dalam konteks informasi yang tersedia, mencukupi untuk dituliskan secara populer sehingga mudah dimengerti pembaca yang luas. Selain itu, sumber liputan mesti terpercaya sehingga tak jatuh ke ‘Pseudoscience’ atau klaim penelitian sains yang belum terbukti secara ilmiah atau diterima komunitas keilmuan.
Dalam peliputan kesehatan misalnya, misalnya, banyak contoh pengobatan alternatif dan ada orang-orang yang mengaku sembuh dengan pengobatan itu. Wartawan tak bisa serta-merta memberitakannya tanpa mendapat klarifikasi lebih dulu dari kalangan kedokteran tentang kebenaran khasiat pengobatan alternatif itu.
Selain dokter, peneliti dan akademikus, badan resmi pemerintahan ataupun organisasi internasional yang terpercaya dapat menjadi rujukan liputan sains dan kesehatan. Misalnya, untuk uji makanan yang dianggap berbahaya, rujukannya adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Lalu untuk mendapatkan informasi bagaimana virus Covid-19 berkerja dan menjadi epidemik di Dunia. Umpamanya, Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) dapat menjadi rujukan.
Dalam proses pengumpulan bahan, jika diperlukan dan dimungkinkan, wartawan dapat mereportase langsung laboratorium yang terkait atau melihat kerja para ilmuwan. Memang tak semua laboratorium atau proses kerja para peneliti dapat dilihat langsung dengan alasan keselamatan atau kerahasiaan. Tapi, jika dapat melakukan reportase langsung, wartawan bisa menambah kaya tulisan yang dihasilkannya dan mampu mendeskripsikan dengan lebih baik untuk publik.
Memudahkan istilah ilmiah, menggunakan bahasa yang sederhana, tentu bukan hal yang mudah. Penjelasan untuk setiap istilah teknis atau ilmiah yang dipakai adalah keharusan karena liputannya ditunjukkan untuk masyarakat awam. Lebih dari itu, diperlukan juga penyederhanaan penulisan data yang tepat untuk memudahkan pemahaman pembaca berkaitan dengan topik yang asing atau sulit dibayangkan.
Contohnya, seperti dimuat dalam Centro Riau edisi 25 Agustus 2023, kalimat “Ada 20 Ton Sampah Setiap harinya dibuang masyarakat selama pacu jalur di Tepian Narosa Teluk Kuantan”. Disederhanakan menjadi,”Satu Orang Pengunjung ke Tepian Narosa minimal membawa sampah 0,2Kg setiap hari pada pacu jalur”. Pembaca diharapkan jauh lebih mudah membayangkan, 1 manusia membawa 0,2kg sampah daripada jumlah 20 Ton perhari.
Selain itu, pembuatan visualisasi atau infografis akan sangat membantu penyampaian pesan dari liputan sains dan kesehatan. Tambahan gambar dan infografis juga lebih menarik perhatian pembaca karena proses penyampaian informasi tidak melulu lewat tulisan panjang yang membosankan.
Sumber utama: JD. Resep Dapur Tempo. Hal. 198 dan berbagai sumber.
Editor: Karta Atmaja.