CENTRO RIAU PEKANBARU -Masalah membaca di kalangan siswa kelas 3 SD menjadi perhatian utama bagi guru, khususnya di SDN 190 Pekanbaru. Pada usia ini, anak-anak seharusnya sudah mencapai tingkat literasi dasar yang memadai, sesuai dengan kurikulum pendidikan nasional. Namun, kenyataannya menunjukkan bahwa masih ada siswa kelas 3 yang belum mampu membaca dengan lancar. Hal ini tentu menghambat proses belajar mereka, karena kemampuan membaca adalah fondasi untuk memahami materi pelajaran lainnya. Sebagai pendidik, guru menghadapi tantangan besar untuk memastikan semua siswa mencapai standar literasi yang diperlukan.
Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah apakah anak-anak kelas 3 SD sudah berada pada fase sikap yang melawan, yang dapat mempersulit proses pembelajaran. Jawabannya adalah belum. Anak kelas 3 SD masih termasuk dalam kategori anak kelas rendah. Mereka cenderung lebih terbuka terhadap arahan guru dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Hal ini memberikan peluang bagi guru untuk melakukan intervensi yang efektif tanpa menghadapi tantangan perilaku yang signifikan. Dengan pendekatan yang tepat, masalah literasi ini dapat diatasi.
Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah dengan menyediakan jam tambahan khusus untuk siswa yang belum mampu membaca. Jam tambahan ini memungkinkan guru memberikan perhatian lebih kepada siswa yang memerlukan bantuan, terutama dalam mengembangkan keterampilan membaca dasar. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menekankan pentingnya pendidikan yang berkualitas dan merata bagi semua peserta didik. Pasal 5 ayat 1 UU Sisdiknas menyatakan bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang bermutu. Dalam konteks ini, memastikan setiap siswa kelas 3 dapat membaca adalah bagian dari upaya memberikan pendidikan yang bermutu.
Selain itu, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah menekankan pentingnya pengembangan kompetensi dasar melalui berbagai kegiatan pembelajaran. Jam tambahan membaca dapat dimasukkan sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran yang mendukung pengembangan kompetensi literasi siswa. Dengan pendekatan ini, siswa yang tertinggal dalam kemampuan membaca tidak hanya mendapatkan bantuan langsung, tetapi juga diberi kesempatan untuk mengejar ketertinggalannya tanpa tekanan yang berlebihan.
Pentingnya jam tambahan membaca juga didukung oleh berbagai penelitian pendidikan. Penelitian menunjukkan bahwa waktu belajar tambahan yang difokuskan pada keterampilan dasar, seperti membaca, dapat meningkatkan prestasi siswa secara signifikan. Menurut Vygotsky dalam teori zona perkembangan proksimalnya, siswa membutuhkan dukungan dari orang dewasa atau teman sebaya yang lebih kompeten untuk mencapai potensi mereka. Dalam hal ini, guru dapat berperan sebagai fasilitator yang memberikan bimbingan intensif pada siswa yang kesulitan membaca.
Namun, penerapan jam tambahan membaca memerlukan strategi yang terencana. Pertama, guru perlu mengidentifikasi siswa yang membutuhkan bantuan melalui penilaian diagnostik. Penilaian ini dapat dilakukan dengan mengamati kemampuan siswa dalam membaca kata-kata sederhana, mengeja, dan memahami kalimat pendek. Setelah itu, siswa yang membutuhkan bantuan dapat dikelompokkan dalam sesi kecil untuk mendapatkan perhatian lebih personal dari guru. Kedua, metode pembelajaran yang digunakan dalam jam tambahan harus menarik dan sesuai dengan kebutuhan anak. Penggunaan media pembelajaran seperti kartu kata, buku cerita bergambar, dan permainan interaktif dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar membaca.
Selain itu, peran orang tua juga sangat penting dalam mendukung keberhasilan program ini. Guru dapat melibatkan orang tua dengan memberikan saran tentang cara membantu anak mereka belajar membaca di rumah. Misalnya, orang tua dapat membacakan cerita kepada anak-anak mereka atau mendampingi mereka saat mengerjakan latihan membaca. Sinergi antara guru dan orang tua akan mempercepat proses peningkatan kemampuan membaca siswa.
Dalam pelaksanaannya, tantangan yang mungkin dihadapi adalah keterbatasan waktu dan sumber daya. Guru sering kali memiliki beban kerja yang tinggi, sehingga sulit untuk menyediakan waktu tambahan di luar jam pelajaran reguler. Namun, dengan dukungan dari pihak sekolah dan komitmen bersama, tantangan ini dapat diatasi. Misalnya, sekolah dapat mengatur jadwal khusus untuk jam tambahan atau menyediakan tenaga pengajar tambahan yang bertugas membantu siswa yang kesulitan membaca.
Secara keseluruhan, upaya untuk mengatasi kendala membaca di kelas 3 SD memerlukan kolaborasi antara guru, orang tua, dan pihak sekolah. Jam tambahan membaca adalah salah satu solusi yang efektif untuk memastikan setiap siswa mencapai kemampuan literasi dasar yang memadai. Langkah ini tidak hanya mendukung hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas, tetapi juga membantu mereka membangun fondasi yang kuat untuk belajar di masa depan. Dengan strategi yang tepat dan komitmen yang kuat, kendala ini dapat diatasi, memberikan harapan baru bagi siswa yang menghadapi kesulitan dalam membaca.
Dosen Pengampu Mata Kuliah Pedagogi :
Dea Mustika S,Pd.M,Pd
Penyusun:
Kelompok 5
- Agrian Ronaldo
- Enjelita Manik
- Manda Puspita
- Resty Anggraini Putri
- Siti Yogi Rismana
