CENTRO RIAU PEKANBARU –Oleh : Dina Etika1, Miftahul Jannah 2, Nurul Azizah.3, Sekar Indah Pangukir 4,
1,2,3,4 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Islam Riau
e-mail: 2miftahuljannah@student.uir.ac.id
3nurulazizah664@student.uir.ac.id
4sekarindahpangukir@student.uir.ac.id
ABSTRAK
Pendidikan dasar memiliki peran fundamental dalam membentuk kompetensi dasar siswa, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi penghambat pengajaran di SDN 190 Pekanbaru dan merumuskan solusi berbasis kontekstual.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif melalui observasi langsung, wawancara mendalam, dan analisis dokumen. Hasil penelitian mengidentifikasi empat permasalahan utama: keterbatasan sarana dan prasarana, minimnya pelatihan profesional bagi guru, rendahnya motivasi belajar siswa, serta kurikulum yang kurang relevan dengan kebutuhan lokal. Berdasarkan hasil analisis, disarankan beberapa solusi, termasuk peningkatan fasilitas pembelajaran, pelatihan guru berbasis teknologi dan metode inovatif,
Kata Kunci: Pendidikan Dasar, Sarana dan Prasarana, Pelatihan Guru
ABSTRAC
Elementary education plays a fundamental role in shaping students’ basic competencies, both cognitively, affectively, and psychomotorically. This study aims to identify factors that inhibit teaching at SDN 190 Pekanbaru and formulate contextual-based solutions. This study uses a descriptive qualitative approach through direct observation, in-depth interviews, and document analysis. The results of the study identified four main problems: limited facilities and infrastructure, minimal professional training for teachers, low student learning motivation, and a curriculum that is less relevant to local needs. Based on the results of the analysis, several solutions are suggested, including improving learning facilities, technology-based teacher training and innovative methods.
Keywords: Elementary Education, Facilities and Infrastructure, Teacher Training
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pembangunan suatu bangsa, di mana pendidikan dasar memegang peranan yang sangat penting sebagai fondasi awal pembentukan karakter dan kemampuan dasar siswa. Dalam konteks pendidikan nasional Indonesia, Sekolah Dasar (SD) menjadi jenjang pendidikan formal pertama yang bertujuan membentuk kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik anak sebagai bekal untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa kualitas pendidikan dasar di berbagai daerah, termasuk di Pekanbaru, masih menghadapi sejumlah tantangan yang signifikan. Salah satu sekolah yang mencerminkan kondisi tersebut adalah SDN 190 Pekanbaru.
SDN 190 Pekanbaru, seperti banyak sekolah dasar lainnya, menghadapi beragam permasalahan dalam proses pengajaran yang berdampak pada capaian pembelajaran siswa. Permasalahan tersebut meliputi kurangnya sarana dan prasarana, seperti ruang kelas yang tidak memadai, keterbatasan alat bantu pembelajaran, dan minimnya fasilitas penunjang seperti perpustakaan dan laboratorium. Kondisi ini diperburuk oleh minimnya pelatihan yang diikuti oleh guru, sehingga mereka cenderung menggunakan metode pembelajaran konvensional yang kurang inovatif. Di sisi lain, motivasi belajar siswa juga rendah, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kurangnya lingkungan belajar yang kondusif, dukungan orang tua yang terbatas, dan metode pembelajaran yang tidak menarik. Selain itu, kurikulum yang diterapkan di SDN 190 Pekanbaru belum sepenuhnya relevan dengan konteks lokal dan kebutuhan peserta didik, sehingga siswa sering merasa pembelajaran tidak memiliki keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari mereka.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa permasalahan ini bukanlah hal yang unik di SDN 190 Pekanbaru, tetapi juga menjadi isu yang umum di banyak sekolah dasar lainnya di Indonesia. Supriyanto (2020) menegaskan bahwa lingkungan belajar yang tidak memadai dapat menghambat proses belajar-mengajar secara signifikan, sementara Rahayu et al. (2019) menyoroti pentingnya pelatihan guru untuk meningkatkan kompetensi profesional mereka dalam menghadapi tantangan pembelajaran abad ke-21. Sementara itu, penelitian oleh Kartika (2021) menunjukkan bahwa relevansi kurikulum dengan konteks lokal sangat penting untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Namun, meskipun berbagai penelitian telah mengidentifikasi permasalahan ini, solusi yang diterapkan sering kali kurang terintegrasi dan tidak berkelanjutan, sehingga hasilnya tidak optimal.
SDN 190 Pekanbaru sebagai salah satu sekolah dasar negeri di wilayah perkotaan seharusnya memiliki potensi untuk menjadi teladan dalam penyelenggaraan pendidikan berkualitas. Namun, berbagai tantangan yang dihadapinya menunjukkan perlunya analisis yang lebih mendalam untuk memahami akar permasalahan dan dampaknya terhadap proses pembelajaran. Dalam konteks ini, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan utama pengajaran di SDN 190 Pekanbaru, menganalisis dampaknya terhadap kualitas pembelajaran, serta merumuskan strategi-solusi yang relevan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab permasalahan pengajaran di SDN 190 Pekanbaru serta memberikan rekomendasi solusi berbasis kontekstual untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah ini.
Selain itu, penelitian ini juga memberikan perspektif bahwa peningkatan kualitas pendidikan tidak hanya dapat dicapai melalui perbaikan fasilitas fisik, tetapi juga dengan peningkatan kompetensi tenaga pendidik, penerapan metode pembelajaran yang lebih kreatif, serta penyusunan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan dan potensi lokal. Dengan pendekatan yang menyeluruh, diharapkan berbagai tantangan yang dihadapi oleh SDN 190 Pekanbaru dapat diatasi, sehingga kualitas pembelajaran di sekolah ini dapat ditingkatkan secara signifikan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif untuk menganalisis permasalahan pengajaran di SDN 190 Pekanbaru. Pendekatan ini dipilih karena tujuannya adalah untuk menggambarkan secara mendalam berbagai permasalahan yang dihadapi oleh guru, siswa, dan pihak sekolah dalam proses pembelajaran, serta untuk memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif mengenai kondisi yang ada. Penelitian ini dilakukan di SDN 190 Pekanbaru, yang dipilih sebagai lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa sekolah ini memiliki karakteristik yang cukup representatif terkait permasalahan yang terjadi di sekolah dasar di wilayah perkotaan.
Prosedur penelitian dimulai dengan tahap pengumpulan data yang menggunakan tiga teknik utama, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung kondisi fisik sekolah, fasilitas yang tersedia, serta proses pembelajaran di kelas. Peneliti melakukan observasi terhadap kegiatan belajar mengajar, interaksi antara guru dan siswa, serta penggunaan sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Wawancara mendalam dilakukan dengan pihak-pihak terkait, seperti kepala sekolah, guru, dan beberapa siswa, untuk menggali informasi mengenai persepsi mereka terhadap masalah yang ada, tantangan yang dihadapi, serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Wawancara ini juga mencakup pertanyaan mengenai pelatihan yang diterima oleh guru, serta motivasi belajar siswa. Selain itu, teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari arsip sekolah, seperti laporan kegiatan belajar mengajar, dokumen kurikulum yang diterapkan, dan catatan terkait dengan pelatihan guru yang telah diikuti.
Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif. Data hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dianalisis dengan cara mengelompokkan informasi yang relevan berdasarkan tema-tema utama, seperti masalah fasilitas, pelatihan guru, motivasi siswa, dan kurikulum. Setelah itu, peneliti melakukan analisis mendalam untuk menemukan hubungan antara tema-tema tersebut dan dampaknya terhadap kualitas pembelajaran di SDN 190 Pekanbaru. Proses analisis ini juga melibatkan triangulasi data, yang dilakukan dengan membandingkan temuan dari observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk memastikan validitas hasil penelitian.
Untuk memastikan kredibilitas dan keabsahan data, penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber, yaitu dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber yang berbeda, seperti kepala sekolah, guru, dan siswa, serta dokumen sekolah yang relevan. Selain itu, penelitian ini juga melibatkan member check, di mana hasil analisis awal disajikan kepada beberapa informan kunci untuk mendapatkan umpan balik dan konfirmasi mengenai akurasi temuan yang diperoleh. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan keandalan hasil penelitian dan menghindari bias subjektivitas peneliti.
Melalui pendekatan ini, diharapkan penelitian dapat mengungkap permasalahan secara holistik dan memberikan solusi yang praktis serta aplikatif untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran di SDN 190 Pekanbaru. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi penting bagi pengembangan pendidikan dasar di Indonesia, khususnya di daerah perkotaan seperti Pekanbaru.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SDN 190 Pekanbaru, teridentifikasi beberapa permasalahan utama dalam proses pengajaran yang berdampak langsung pada kualitas pembelajaran. Permasalahan-permasalahan tersebut mencakup aspek sarana dan prasarana yang tidak memadai, terbatasnya pelatihan bagi guru, serta rendahnya motivasi belajar siswa. Setiap faktor tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi efektivitas pembelajaran secara keseluruhan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan kepala sekolah, guru, serta siswa, temuan-temuan ini memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai tantangan-tantangan yang dihadapi oleh SDN 190 Pekanbaru.
1. Sarana dan Prasarana yang Tidak Memadai
Salah satu permasalahan utama yang ditemukan dalam penelitian ini adalah kondisi sarana dan prasarana yang tidak memadai di SDN 190 Pekanbaru. Hasil observasi menunjukkan bahwa sejumlah fasilitas sekolah seperti ruang kelas, laboratorium, dan perpustakaan tidak memenuhi standar yang diharapkan. Banyak ruang kelas yang memiliki pencahayaan dan ventilasi yang kurang baik, yang dapat mempengaruhi kenyamanan siswa selama proses pembelajaran. Selain itu, beberapa ruang kelas juga tidak dilengkapi dengan alat bantu pembelajaran modern seperti proyektor atau papan tulis interaktif, sehingga guru terbatas dalam menggunakan metode pembelajaran yang lebih variatif dan interaktif. Keterbatasan fasilitas ini menyebabkan proses belajar mengajar cenderung monoton dan tidak menarik bagi siswa, sehingga menghambat upaya pengembangan potensi maksimal mereka.
Selain itu, fasilitas penunjang seperti laboratorium IPA dan komputer yang seharusnya dapat digunakan untuk pembelajaran berbasis praktikum dan teknologi juga sangat terbatas. Perpustakaan yang seharusnya menjadi tempat bagi siswa untuk mengembangkan minat baca juga tidak dikelola dengan baik dan memiliki koleksi buku yang terbatas. Hal ini memperburuk kualitas pembelajaran, karena siswa kesulitan dalam mengakses berbagai sumber informasi yang dapat meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi pelajaran. Sebagai akibatnya, pembelajaran di sekolah ini lebih banyak mengandalkan buku teks yang serba terbatas, sementara pendekatan pembelajaran yang lebih kreatif dan berbasis pada teknologi dan sumber belajar lainnya kurang diterapkan.
2. Terbatasnya Pelatihan Guru
Masalah kedua yang diidentifikasi adalah terbatasnya pelatihan yang diterima oleh guru-guru di SDN 190 Pekanbaru. Berdasarkan wawancara dengan guru, sebagian besar dari mereka mengungkapkan bahwa pelatihan yang mereka terima selama ini sangat terbatas dan tidak cukup untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam menghadapi tantangan pembelajaran yang semakin kompleks. Walaupun ada beberapa pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau dinas pendidikan, namun pelatihan tersebut seringkali tidak mencakup aspek pengajaran yang lebih mendalam dan inovatif, seperti penggunaan teknologi dalam pembelajaran, pengelolaan kelas yang efektif, serta penerapan kurikulum berbasis kompetensi yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Guru-guru di SDN 190 Pekanbaru, sebagian besar, masih menggunakan metode pembelajaran konvensional seperti ceramah dan tanya jawab yang tidak memadai untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pelatihan yang dapat membantu mereka untuk beradaptasi dengan perubahan metode pembelajaran modern. Selain itu, kurangnya pelatihan terkait penguasaan teknologi juga menyebabkan sebagian besar guru tidak maksimal dalam memanfaatkan alat pembelajaran digital, meskipun beberapa guru sudah mencoba untuk mengintegrasikan media pembelajaran berbasis teknologi, seperti penggunaan video pembelajaran. Namun, karena keterbatasan pelatihan dan fasilitas, penerapan teknologi dalam pembelajaran masih bersifat sporadis dan tidak sistematis.
3. Rendahnya Motivasi Belajar Siswa
Permasalahan ketiga yang ditemukan dalam penelitian ini adalah rendahnya motivasi belajar siswa. Hasil wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa banyak dari mereka merasa kurang tertarik dengan materi yang diajarkan. Beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi siswa antara lain adalah kurangnya relevansi materi dengan kehidupan sehari-hari mereka, cara pengajaran yang monoton, serta kurangnya dukungan dari orang tua. Siswa mengungkapkan bahwa mereka sering merasa materi pelajaran yang diajarkan terasa jauh dari kehidupan nyata mereka, sehingga sulit untuk menghubungkan pembelajaran di kelas dengan situasi di luar sekolah. Akibatnya, siswa merasa bahwa pembelajaran tidak memiliki manfaat langsung bagi mereka, yang mengurangi minat dan motivasi mereka untuk belajar.
Selain itu, meskipun terdapat program ekstrakurikuler di SDN 190 Pekanbaru, banyak siswa yang merasa tidak terlibat aktif dalam kegiatan tersebut. Mereka merasa bahwa kegiatan ekstrakurikuler yang ada kurang variatif dan tidak sesuai dengan minat mereka. Hal ini berkontribusi pada rendahnya semangat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran secara keseluruhan. Terlebih lagi, beberapa siswa mengungkapkan bahwa mereka jarang mendapatkan perhatian atau motivasi dari orang tua terkait perkembangan akademik mereka. Faktor sosial-ekonomi keluarga yang bervariasi juga turut memengaruhi perhatian orang tua terhadap pendidikan anak, sehingga hal ini berdampak pada rendahnya motivasi belajar siswa.
4. Upaya Sekolah untuk Mengatasi Permasalahan
Meskipun menghadapi berbagai permasalahan, pihak sekolah di SDN 190 Pekanbaru juga telah melakukan beberapa upaya untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Guru-guru di sekolah ini, meskipun terbatas dalam hal pelatihan, berusaha untuk menggunakan pendekatan yang lebih kreatif dalam pembelajaran, seperti penerapan metode pembelajaran berbasis proyek untuk beberapa mata pelajaran. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan cara yang lebih inovatif, meskipun implementasinya masih terbatas oleh keterbatasan sarana.
Selain itu, pihak sekolah juga berusaha meningkatkan komunikasi dengan orang tua siswa melalui pertemuan-pertemuan berkala, meskipun tingkat partisipasi orang tua dalam kegiatan ini masih tergolong rendah. Upaya-upaya ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif dan memberikan perhatian yang lebih besar terhadap perkembangan akademik siswa. Namun, meskipun ada upaya-upaya positif tersebut, faktor keterbatasan fasilitas dan sumber daya manusia yang ada di sekolah masih menjadi penghambat utama dalam pencapaian kualitas pembelajaran yang optimal.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa permasalahan pengajaran di SDN 190 Pekanbaru sangat kompleks dan saling terkait. Permasalahan terkait sarana dan prasarana yang tidak memadai, terbatasnya pelatihan bagi guru, serta rendahnya motivasi belajar siswa, semuanya saling mempengaruhi dan menghambat proses pembelajaran yang berkualitas. Meskipun demikian, pihak sekolah telah berusaha melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut, meskipun keterbatasan yang ada masih cukup signifikan. Untuk itu, diperlukan perhatian yang lebih besar dari pemerintah, masyarakat, dan semua pihak terkait untuk mengatasi masalah-masalah ini secara menyeluruh, agar kualitas pendidikan di SDN 190 Pekanbaru dapat ditingkatkan dan mencapai standar yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Hardjono, A. (2021). Kontekstualisasi Kurikulum Berbasis Budaya Lokal untuk Pendidikan Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, 18(2), 45-57.
Rahayu, N., Saputra, W., & Marlina, S. (2019). Pelatihan Guru dalam Meningkatkan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Teknologi. Jurnal Pengembangan SDM Pendidikan, 7(1), 11-20.
Santoso, T. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa SD. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 15(3), 62-74.
Supriyanto, D. (2020). Pengaruh Sarana dan Prasarana terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Manajemen Pendidikan, 10(2), 123-135.
Widiastuti, R., & Haryanto, A. (2021). Peran Guru dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa melalui Pembelajaran Aktif. Jurnal Inovasi Pendidikan, 14(4), 203-215.
Siregar, M. (2019). Efektivitas Pembelajaran Berbasis Proyek di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Inovatif, 8(2), 89-100.
Kurniawati, S., & Rahman, T. (2020). Pengaruh Dukungan Orang Tua terhadap Prestasi Akademik Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Karakter, 12(1), 45-58.
Yulianti, S., & Anggraini, D. (2021). Penerapan Media Interaktif untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa SD. Jurnal Teknologi Pendidikan, 15(3), 78-90.
Setiawan, H. (2018). Integrasi Budaya Lokal dalam Kurikulum Pendidikan Dasar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 5(2), 67-82.
Kartika, N. (2021). Kesenjangan Fasilitas Sekolah dan Dampaknya terhadap Kualitas Pembelajaran. Jurnal Manajemen Sekolah, 9(3), 45-59.
Firdaus, I., & Anwar, A. (2019). Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Proses Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Teknologi, 10(4), 112-126.
Lestari, M. (2020). Studi Kasus: Implementasi Kurikulum Berbasis Lingkungan di SD. Jurnal Pendidikan Berkelanjutan, 7(2), 123-136.
Wahyuni, E., & Sugiarto, B. (2019). Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Aktif terhadap Hasil Belajar Siswa SD. Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar, 6(1), 90-102.
Fadilah, S. (2021). Peningkatan Kompetensi Guru melalui Program Pelatihan Berbasis Komunitas. Jurnal Pendidikan Guru, 8(3), 34-49.
Rahmawati, Y., & Putra, D. (2020). Pendekatan STEAM dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa SD. Jurnal Pendidikan Sains, 13(1), 56-70.
